“Mengunjungi
Sentra Kerajinan Tenun Di Kelurahan Ntobo”
Tenun atau dalam Bahasa Mbojo
dikenal dengan “Muna ro Medi” sudah lama dikenal oleh masyarakat Bima. Usaha
turun temurun kerajinan Muna ro Medi sudah menjadi sumber mata pencaharian
sekaligus dijadikan profesi oleh masyarakat Bima.
Tembe atau sarung tenun tangan
khas Bima, Dibuat dari benang kapas (katun), Dengan warna-warni yang cerah dan
bermotif khas sarung tenun tangan. Dengan warna yang berfariasi dan bermotif
khas Bima.
Disanalah satu Kecamatan di wilayah
Kota Bima, yaitu di Kelurahan Ntobo, Sejak dulu terkenal sebagai pusat pengrajin tenunan yang menenun Sambolo
dan Weri. Pada masa lalu sarung Weri dan sambolo seringkali di datangkan dari
Ntobo untuk kebutuhan lingkungan Istana.
Pada zaman modern saat ini, dan
ditengah pesatnya kemajuan teknologi, kerajinan tenun di kota Bima maupun di
kabupaten Bima kiat sangat menurun dan semakin lama menghilang. Ibu Rosidah misalnya yang berhasil kami
temui di Kelurahan Ntobo dan melakukan penelusuran lebih jauh tentang kondisi
kerajinan tradisional yang menjadi ciri khas sebenarnya di Kota Bima.
Ibu yang biasa disapa ibu ros ini mengakui kekecewaanya
terhadap pemerintah yang kurang melirik perkembangan tenun tradisional, padahal
tenun tradisional Bima sudah dikenal oleh daerah-daerah lain.
Di Kelurahan Ntobo sendiri
mempunyai motif ciri khas, dengan motif yang beragam untuk menyelesaikan satu
sarung membutuhkan waktu kurang lebih 6 hari.
Untuk sistem penjualan,
biasanya sarung akan ditenun terlebih dahulu dan yang sudah ditenun biasanya
tinggal menunggu pembeli yang datang, ada juga yang menenun karena pemesanan yang harganya
pun relatif dan beragam, dari yang Rp. 150,000 sampai dengan yang harganya
Rp. 1,000,000. Semakin mahal harga sarung tersebut maka semakin bagus kualitas
bahan yang dipakai untuk membuat sarung dan motifnya pun berbeda.
Setiap sarung yang ditenun ada
yang mempunyai selendang dan juga yang tidak mempunyai selendang, untuk yang
mempunyai selendang biasanya dipesan sedangkan untuk yang tidak mempunyai
selendang akan ditenun sebagai pengisi waktu atau sambil menunggu ada yang
memesan kain tenunan, di Ntobo ada banyak pemesan yang datang langsung di kelurahan
ini, dari berbagai daerah misalnya dari wera, oi fo’o, tonggu, dan masih banyak
lagi pendatang dari berbagai kalangan yang membutuhkan sarung yang dibuat.
Untuk penenun sendiri
sebenarnya bukan hanya di Ntobo tapi ada juga di wilayah Rabadompu Barat
Kecamatan Raba.
Untuk tenunana wilayah
Rabadompu juga memiliki motif tenun ciri khas yang harga jualnya tidak jauh
beda dengan yang di Ntobo.
Harapan dari penenun untuk pemerintah
adanya upaya lebih giat membangun dan mengembangkan komunitas tenun atau kelompok
tenun dan membuat program-program pelatihan seperti pelatihan penenun muda. agar
kesejahteraan para penenun dapat meningkat, serta budaya tenun Bima tetap
lestari dan menjadi budaya khas Bima.
No comments:
Post a Comment