Popular Posts

Thursday, 13 November 2014

Mengunjungi Sentra Kerajinan Tenun Di Kelurahan Ntobo



“Mengunjungi Sentra Kerajinan Tenun Di Kelurahan Ntobo”

Tenun atau dalam Bahasa Mbojo dikenal dengan “Muna ro Medi” sudah lama dikenal oleh masyarakat Bima. Usaha turun temurun kerajinan Muna ro Medi sudah menjadi sumber mata pencaharian sekaligus dijadikan profesi oleh masyarakat Bima.
Tembe atau sarung tenun tangan khas Bima, Dibuat dari benang kapas (katun), Dengan warna-warni yang cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan. Dengan warna yang berfariasi dan bermotif khas Bima.
Disanalah satu Kecamatan di wilayah Kota Bima, yaitu di Kelurahan Ntobo, Sejak dulu terkenal sebagai  pusat pengrajin tenunan yang menenun Sambolo dan Weri. Pada masa lalu sarung Weri dan sambolo seringkali di datangkan dari Ntobo untuk kebutuhan lingkungan Istana.
Pada zaman modern saat ini, dan ditengah pesatnya kemajuan teknologi, kerajinan tenun di kota Bima maupun di kabupaten Bima kiat sangat menurun dan semakin lama menghilang. Ibu Rosidah misalnya yang berhasil kami temui di Kelurahan Ntobo dan melakukan penelusuran lebih jauh tentang kondisi kerajinan tradisional yang menjadi ciri khas sebenarnya di Kota Bima.
Ibu yang biasa disapa ibu ros ini mengakui kekecewaanya terhadap pemerintah yang kurang melirik perkembangan tenun tradisional, padahal tenun tradisional Bima sudah dikenal oleh daerah-daerah lain.
Di Kelurahan Ntobo sendiri mempunyai motif ciri khas, dengan motif yang beragam untuk menyelesaikan satu sarung membutuhkan waktu kurang lebih 6 hari.
Untuk sistem penjualan, biasanya sarung akan ditenun terlebih dahulu dan yang sudah ditenun biasanya tinggal menunggu pembeli yang datang, ada juga yang menenun karena pemesanan yang harganya pun relatif dan beragam, dari yang Rp. 150,000 sampai dengan yang harganya Rp. 1,000,000. Semakin mahal harga sarung tersebut maka semakin bagus kualitas bahan yang dipakai untuk membuat sarung dan motifnya pun berbeda.
Setiap sarung yang ditenun ada yang mempunyai selendang dan juga yang tidak mempunyai selendang, untuk yang mempunyai selendang biasanya dipesan sedangkan untuk yang tidak mempunyai selendang akan ditenun sebagai pengisi waktu atau sambil menunggu ada yang memesan kain tenunan, di Ntobo ada banyak pemesan yang datang langsung di kelurahan ini, dari berbagai daerah misalnya dari wera, oi fo’o, tonggu, dan masih banyak lagi pendatang dari berbagai kalangan yang membutuhkan sarung yang dibuat.
Untuk penenun sendiri sebenarnya bukan hanya di Ntobo tapi ada juga di wilayah Rabadompu Barat Kecamatan Raba.
Untuk tenunana wilayah Rabadompu juga memiliki motif tenun ciri khas yang harga jualnya tidak jauh beda dengan yang di Ntobo.
Harapan dari penenun untuk pemerintah adanya upaya lebih giat membangun dan mengembangkan komunitas tenun atau kelompok tenun dan membuat program-program pelatihan seperti pelatihan penenun muda. agar kesejahteraan para penenun dapat meningkat, serta budaya tenun Bima tetap lestari dan menjadi budaya khas Bima.

No comments:

Post a Comment